Selasa, 11 Mei 2010

KASUS KEGAWATDARURATAN OBSTETRIK
PADA PERSALINAN KALA III
DENGAN RETENSIO PLACENTA

RETENSIO PLACENTA
Retensio placenta adalah terlambatnya kelahiran placenta selama ½ jam setelan kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio placenta berulang. Placenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan., infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi placenta inkarserata, dapat terjadi polip placenta, dan terjadi degenerasi ganas korikarsinoma.
Dalam melakukan pengeluaran placenta secara manual perlu diperhatikan tekhniknya sehingga tidak menimbulkan komplikasi seperti perfirasi dinding uterus, bahata-bahaya inversion uteri.
Sebab-sebab retensio placenta :
 HIS kurang kuat
 Placenta sukar lepas karena :
 Tempatnya : insersi disusut tuba.
 Bentuknya : PPlacenta membranacea, placenta anularis.
 Ukurannya : Placenta yang sangat kecil.

Placenta sukar lepas karena sebab-sebab tersebut diatas disebut palcenta adhesive. Placenta inkreta yaitu dimana vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua Sampai mio metrium. Placenta akreta yaitu yang menembus lebih dalam ke dalam miometrium tetapi belum menembus serosa. Placenta perkreta yaitu yang menembus sampai serosa atau peritoneum dinding rahim.

 Placenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan menyebabkan perdarahan yang banyak atau karena adanya lingkaran kontraksi pada bagian bawah rahim akibat kesalahan pananganan kala III, yang akan menghalangi palcenta keluar atau palcenta inkarserata.

Bila placenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tapi bila sebagian placenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya. Placenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau erktum penuh, karena itu yang kedua nya harus dikosongkan.

Sikap seorang bidan dalam menghadapi retensio placenta sbb :
1. Sikap umum bidan
o Memperhatikan keadaan umum penderita
Apakah anemis
Bagaimana jumlah perdarahannya
Keadaan umum panderita : TD, nadi. Suhu
Keadaan FU : kontraksi dan TFU

o Mengetahui keadaan placenta
Apakah placenta inkarserata
Melakukan tes placenta lepas : Metode kusnert, metode klien, metode strassman, metode manuaba.

2. Sikap khusus bidan
o Retensio placenta dengan perdarahan
Langsung melakukan manual placenta

o Retensio placenta dengan tanpa perdarahan
Setelah dapat memastikan keadaan umum penderita segara memasang infuse dan memberikan cairan.
Merujuk penderita ke pusat dengan fasilitas yang cukup , untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik
Memberikan transfuse
Proteksi dengan antibiotika


3. Upaya preventif retensio placenta oleh bidan
o Meningkatkan penerimaan KB, sehingga memperkecil terjadi retensio placenta
o Meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih
o Pada waktu pertolongan persalinan pada kala II tidak diperkenankan untuk melakukan masasse dengan tujuan mempercapat proses persalinan placenta. Masase yang tidak tepat waktu dapat mengacaukan kontraksi oto rahim dan mengganggu pelepasan placenta.

RETENSIO PLACENTA DAN PLACENTA MANUAL
Placenta manual merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio placenta yang dilakukan secra manual ( menggunakan tangan ) dari tempat implantasinya dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri.
Tekhnik operasi placenta manual tidaklah sukar, tetapi harus difilirkan bagaimana persiapan agar tindakan tersebut dapat memyelamatkan jiwa penderita.

Kejadian retensio placenta berkaitan dengan :
1. Grandemultipara dengan implantasi placenta dalam bentuk placenta adhesive, placenta akreta, placenta inkreta dan placenta perkreta.
2. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan
3. Retensio placenta tanpa perdarahan dapt di perkirakan :
 Darah penderita terlalu banyak hilang
 Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan banyak terjadi
 Kemungkinan implantasi placenta terlalu dalam
4. Placenta manual dengan segera dilakukan :
 Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang
 Terjadi perdarahan postpartum ≥ 400 cc
 Pada pertolongan persalinan dengan narkosa
 Placenta belum lahir setelah menunggu selama ½ jam

KOMPLIKASI TINDAKAN PLACENTA MANUAL

Tindakan placenta manual dapat menimbulkan komplikasi sbb :
Terjadi perforasi uterus
 Terjadi infeksi : terdapat sisa placenta atau membrane dan bacteria terdorong kedalam rahim
 Terjadi perdarahan karena atonia uteri

Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakukan tindakan profilaksis dengan :
Memberikan uterotonika IV atau IM
 Memasang tamponade uterovaginal
 Memberikan antibiotika
 Memasang infuse dan persiapan transfuse darah

Penanganan :
1. Pemasangan cairan infuse
Tujuannya untuk menambah cairan / tenaga ibu
2. Menjelaskan kepada ibu tentang prosedur dan tujuan tindakan
3. Siapkan alat
4. Cuci tangan
5. Mengosongkan kandung kemih
Jika ibu tidak mampu berkemih sendiri, lakukan pemasangan kateter
6. Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 Cm dari vulva, tegangkan dengan 1 tangan sejajar dengan lantai
7. Masukkan tangan ke dalam kavum uteri secar obstetric dengan menelusuri sisi bawah tali pusat
8. Satelah mencapai bukaan serviks, minta asisten untuk menegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus
9. Sambil menahan fundus, masukkan tangan hingga ke kavum uteri sampai mencapai tempat implantasi placenta
10. Bentangkan tangan obstetric menjadi datar seperti member salam
11. Tentukan implantasi placenta, temukan tepi placenta paling bawah
Bila placenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap di sebelah atas dan sisipkan ujung jari diantara placenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke bawah
Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung jari tangan diantara placenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke atas
12. Setelah ujung jari masuk diantara placenta dan dinding uterus maka perluas pelepasan placentadengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan keatas hingga semua pelekatan placenta terlepas dari dinding uterus.
13. Sementara 1 tangan masih di dalam kavum uteri, lakuakn eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa placenta yang tertinggal
14. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra symfisis kemudian minta asisten untk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa placenta keluar
15. Lakukan penekanan uterus, kea rah dorso cranial setelah placenta di lahirkan dan tempatkan placenta di dalam wadah yang disediakan
16. Periksa kembali tanda vital ibu
17. Beri tahu ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan
18. Lakukan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan
19. Segera setelah placenta lahir, lakukan masase fundus uteri
20. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan KBI, KBE, KBA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar