Selasa, 11 Mei 2010

KASUS KEGAWATDARURATAN OBSTETRIK
PADA PERSALINAN KALA III
DENGAN RETENSIO PLACENTA

RETENSIO PLACENTA
Retensio placenta adalah terlambatnya kelahiran placenta selama ½ jam setelan kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio placenta berulang. Placenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan., infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi placenta inkarserata, dapat terjadi polip placenta, dan terjadi degenerasi ganas korikarsinoma.
Dalam melakukan pengeluaran placenta secara manual perlu diperhatikan tekhniknya sehingga tidak menimbulkan komplikasi seperti perfirasi dinding uterus, bahata-bahaya inversion uteri.
Sebab-sebab retensio placenta :
 HIS kurang kuat
 Placenta sukar lepas karena :
 Tempatnya : insersi disusut tuba.
 Bentuknya : PPlacenta membranacea, placenta anularis.
 Ukurannya : Placenta yang sangat kecil.

Placenta sukar lepas karena sebab-sebab tersebut diatas disebut palcenta adhesive. Placenta inkreta yaitu dimana vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua Sampai mio metrium. Placenta akreta yaitu yang menembus lebih dalam ke dalam miometrium tetapi belum menembus serosa. Placenta perkreta yaitu yang menembus sampai serosa atau peritoneum dinding rahim.

 Placenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan menyebabkan perdarahan yang banyak atau karena adanya lingkaran kontraksi pada bagian bawah rahim akibat kesalahan pananganan kala III, yang akan menghalangi palcenta keluar atau palcenta inkarserata.

Bila placenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tapi bila sebagian placenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya. Placenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau erktum penuh, karena itu yang kedua nya harus dikosongkan.

Sikap seorang bidan dalam menghadapi retensio placenta sbb :
1. Sikap umum bidan
o Memperhatikan keadaan umum penderita
Apakah anemis
Bagaimana jumlah perdarahannya
Keadaan umum panderita : TD, nadi. Suhu
Keadaan FU : kontraksi dan TFU

o Mengetahui keadaan placenta
Apakah placenta inkarserata
Melakukan tes placenta lepas : Metode kusnert, metode klien, metode strassman, metode manuaba.

2. Sikap khusus bidan
o Retensio placenta dengan perdarahan
Langsung melakukan manual placenta

o Retensio placenta dengan tanpa perdarahan
Setelah dapat memastikan keadaan umum penderita segara memasang infuse dan memberikan cairan.
Merujuk penderita ke pusat dengan fasilitas yang cukup , untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik
Memberikan transfuse
Proteksi dengan antibiotika


3. Upaya preventif retensio placenta oleh bidan
o Meningkatkan penerimaan KB, sehingga memperkecil terjadi retensio placenta
o Meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih
o Pada waktu pertolongan persalinan pada kala II tidak diperkenankan untuk melakukan masasse dengan tujuan mempercapat proses persalinan placenta. Masase yang tidak tepat waktu dapat mengacaukan kontraksi oto rahim dan mengganggu pelepasan placenta.

RETENSIO PLACENTA DAN PLACENTA MANUAL
Placenta manual merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio placenta yang dilakukan secra manual ( menggunakan tangan ) dari tempat implantasinya dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri.
Tekhnik operasi placenta manual tidaklah sukar, tetapi harus difilirkan bagaimana persiapan agar tindakan tersebut dapat memyelamatkan jiwa penderita.

Kejadian retensio placenta berkaitan dengan :
1. Grandemultipara dengan implantasi placenta dalam bentuk placenta adhesive, placenta akreta, placenta inkreta dan placenta perkreta.
2. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan
3. Retensio placenta tanpa perdarahan dapt di perkirakan :
 Darah penderita terlalu banyak hilang
 Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan banyak terjadi
 Kemungkinan implantasi placenta terlalu dalam
4. Placenta manual dengan segera dilakukan :
 Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang
 Terjadi perdarahan postpartum ≥ 400 cc
 Pada pertolongan persalinan dengan narkosa
 Placenta belum lahir setelah menunggu selama ½ jam

KOMPLIKASI TINDAKAN PLACENTA MANUAL

Tindakan placenta manual dapat menimbulkan komplikasi sbb :
Terjadi perforasi uterus
 Terjadi infeksi : terdapat sisa placenta atau membrane dan bacteria terdorong kedalam rahim
 Terjadi perdarahan karena atonia uteri

Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakukan tindakan profilaksis dengan :
Memberikan uterotonika IV atau IM
 Memasang tamponade uterovaginal
 Memberikan antibiotika
 Memasang infuse dan persiapan transfuse darah

Penanganan :
1. Pemasangan cairan infuse
Tujuannya untuk menambah cairan / tenaga ibu
2. Menjelaskan kepada ibu tentang prosedur dan tujuan tindakan
3. Siapkan alat
4. Cuci tangan
5. Mengosongkan kandung kemih
Jika ibu tidak mampu berkemih sendiri, lakukan pemasangan kateter
6. Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 Cm dari vulva, tegangkan dengan 1 tangan sejajar dengan lantai
7. Masukkan tangan ke dalam kavum uteri secar obstetric dengan menelusuri sisi bawah tali pusat
8. Satelah mencapai bukaan serviks, minta asisten untuk menegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus
9. Sambil menahan fundus, masukkan tangan hingga ke kavum uteri sampai mencapai tempat implantasi placenta
10. Bentangkan tangan obstetric menjadi datar seperti member salam
11. Tentukan implantasi placenta, temukan tepi placenta paling bawah
Bila placenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap di sebelah atas dan sisipkan ujung jari diantara placenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke bawah
Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung jari tangan diantara placenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke atas
12. Setelah ujung jari masuk diantara placenta dan dinding uterus maka perluas pelepasan placentadengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan keatas hingga semua pelekatan placenta terlepas dari dinding uterus.
13. Sementara 1 tangan masih di dalam kavum uteri, lakuakn eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa placenta yang tertinggal
14. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra symfisis kemudian minta asisten untk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa placenta keluar
15. Lakukan penekanan uterus, kea rah dorso cranial setelah placenta di lahirkan dan tempatkan placenta di dalam wadah yang disediakan
16. Periksa kembali tanda vital ibu
17. Beri tahu ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan
18. Lakukan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan
19. Segera setelah placenta lahir, lakukan masase fundus uteri
20. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan KBI, KBE, KBA
KONSEP DASAR DISTOSIA

1.DISTOSIA KELAINAN JANIN
Yang dimaksud dengan distosia adalah persalinan yang sulit ditandai dengan adanya hambatan kemajuan dalam persalinan. Persalinan yang normal ( Eutocia ) ialah persalinan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung spontan di dalam 24 jam, tanpa menimbulkan kerusakan yang berlebihan pada ibu dan anak ( Mochtar,Rustam,1998 )
Penyebab distosia dapat dibagi dalam 3 golongan besar yaitu :
1. Distosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak yang tidak memadai, yaitu :
 Kelainan HIS
 Kekuatan mengejan kurang kuat
2. Distosia karena adanya kelainan letak janin atau kelainan fisik janin.
3. Distosia karena adanya kelainan pada jalan lahir.
( Mochtar,Rustam,1998 )

a. Bayi besar
Yang dikatakan bayi besar ialah bayi yang lebih berat dari 4000 Gr. Menurut kepustakaan bayi yang besar baru dapat menimbulkan distosia jika beratnya melebihi 4500 Gr.
Penyebab bayi besar yaitu :
 Diabetes Melitus
 Keturunan ( Orang tuanya besar )
 Multiparitas

Kesukaran yang timbul dalam persalinan karena besarnya kepala atau besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat timbul inersia uteri dan kemungkinan perdarahan pascapartum akibat atonia uteri juga lebih besar.
Pada panggul normal janin dengan berat badan 4000-4500 Gr umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Distosia akan diperoleh jika janin lebih besar dari 4500-5000 Gr atau pada kepala yang sudah keras ( Postmaturitas ) dan pada bahu yang lebar ( Bayi kingkong ). Apabila Disproporsi sefalo Pelvis atau feto pelvis ini dibiarkan maka terjadi kesulitan baik pada ibu maupun pada janin.
( Mochtar,Rustam,1998 )


Penanganan :
 Pada Disproporsi sefalo pelvis dan feto pelvis yang sudah diketahui dianjurkan Sc
 Pada kesukaran melanirkan bahu dan janin hidup dilakukan episiotomi yang cukup lebar dan janin diusahakan lahir, setelah dilahirkan dijahit kembali dengan baik.
 Apabila janin meninggal lakukan embriotomi.
( Mochtar,Rustam,1998 )

b. Hidrosefalus
Pada hodrosefalus –terdapat kebanyakan atau penimbunan cairan dalam ventrikel otak sehingga kepal menjadi besar serta ubun-ubun menjadi lebar, jumlah cairan besar bisa mencapai 1.5 liter bahkan ada yang sampai 5 liter.
Hidrosefalus sering dosertai cacat bawaan lain, seperti spina bifida. Hidrosefalus sering pula menimbulkan distosia bahkan ruptura uteri dan anak lahir dalam letak sungsang karena kepala terlalu besar untuk masuk kedalam PAP.
( ELSTAR OFFSET,1991 )

Penyebab :
Belum jelas, tetapi salah satu diantaranya ialah toksoplasmosis.
( ELSTAR OFFSET,19991 )

Diagnosis :
Pada janin letak kepala adanya hidrosefalus dapat dikenali dengan :
1. Palpasi
Teraba ukuran kepala yang besar diatas symfisis dan kepala tidak memasuki Pintu Atas Panggul.
2. Pemeriksaan dalam
Teraba kepala yang besar dengan sutura yang dalam dan ubun-ubun yang luas, tulang kepala teraba tipis sekali sehingga dapat ditekan kedalam seperti menekan bola pingpong.
3. Rontgen foto
Akan memberikan bayangan tengkorak kepala yang besar sekali .
4. Ultrasonografi
Tampak kepala yang besar dengan ukuran diameter biparietalis yang lebar.
( ELSTAR OFFSET,1991 )


Prognosa :
Partus akan berjalan sulit dan bila tidak segera ditolong dapat terjadi rupture uteri, disebabkan kepala yang besar meregang SBR,prognosa untuk janin jelek.
( ELSTAR OFFSET ,1991 )

Penanganan :
Kepala janin yang besar dikecilkan dengan jalan melakukan fungsi sisterna pada pembukaan 3-4 Cm. Caranya adalah dengan menggunakan jarum spinal yang besar, cukup dikeluarkan sebanyak mungkin dari dalam ventrikel. Jarum dimasukkan dengan tuntunan tangan supaya tidak salah jalan atau melukai jalan lahir. Dengan fungsi, tengkorak mengecil dan selanjutnya persalinan dapat berlangsung spontan.
Pada anak yang mati dapat dilakukan perforasi. Namun, setelah anak lahir selalu harus dilakukan eksplorasi kavum uteri ( ELSTAR OFFSET,1991 )

c. Anencepalus
Yaitu kelainan pembuluh syaraf yang menyebabkan otak dan tengkorak caccat, kebanyakan ank-anak meninggal pada saat kelahiran.
Anencephalus merupakan cacat lahir bawaan yang terjadi pada 1 orang dalam setiap 1000 kehamilan.
Anencephalus merupakan kecacatan bumbung syaraf seperti halnya spina bifida dimana kondisi tulang punggung terbuka. Harapan hidup untuk bayi anencaphalus setelah lahir hanya beberapa jam atau paling lama beberapa hari.
Kelainan sang bayi biasanya diketahui oleh orang tua saat melakukan USG pada ibu yang mengandung. Orang tua bayi menghadapi keputusan antara hidup dan mati untuk bayi mereka. Keputusan sering dilakukan dalam keadaan tergesa-gesa dengan kurang adanya informasi tentang pilihan yang tersedia bagi bayi mereka.

Diagnosa :
1. Pada palpasi tidak dapat diketemukan dimana letaknya kepala, kedua ujung badan lunak.
2. Pada hydramnion harus dibuat roentgen foto mengingat kemungkinan anencephalus.
3. Tekanan pada tengkorak waktu toucjer menyebabkan pergerakan yang sekonyong-konyong dan bunyi jantung menjadi lambat.
( Ilham,2009 )


Pengaruh anencephalus pada persalinan :
1. Sering menimbulkan kehamilan serotin
2. Biasanya disertai hydramnion
3. Anak sering lahir dengan letak muka
4. Badan anak kadang-kadang besar dan menimbulkan kesukaran waktu bahu lahir.

Penanganan :
Pembedahan ( Ilham,2009 )

d. Kembar siam
Kembar siam adalah keadaan anak kembar yang tubuh keduanya bersatu. Hal ini terjadi apabila zygot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara sempurna ( Wiki,2010 )

Penyebab :
Banyak faktor diduga sebagai penyebabnya, selain faktor genetic, obat penyubur yang dikonsumsi dengan tujuan agar sel telur matang secara sempurna, juga diduga ikut memicu terjadinya bayi kembar ( Wiki,2010 )

Proses :
Secara garis besar,kembar dibagi 2 yaitu :
 Monozigot : Kembar yang berasal dari 1 telur
 Dizigot : Kembar yang berasal dari 2 telur

Dari seluruh jumlah kelahiran kembar,1/3 nya adalah monozigot. Kembar dizigot berarti 2 telur matang dalam waktu bersamaan, lalu dibuahi oleh sperma. Akibatnya, ke 2 sel telur itu mengalami pembuahan dalam waktu bersamaan. Sedangkan kembar monozigot berarti 1 telur yang dibuahi sperma, lalu membelah 2. Masa pembelahan inilah yang akan berpengaruh pada kondisi bayi kelak.
Masa pembelahan sel telur terbagi dalam 4 waktu yaitu : 0-72 jam, 4-8 hari, 9-12 hari, 13 hari atau lebuh.
Pada pembelahan pertama, akan terjadi diamnotik yaitu rahim punya 2 selaput ketuban dan dikorionik atau rahim punya 2 placenta.
Pada pembelahan kedua, selaput ketuban tetap 2, tapi rahim hanya 1 placenta.
Pada kondisi ini bisa saja terjadi salah satu bayi mendapat banyak makanan, sementara bayi satunya tidak, akibatnya perkembangan bayi bisa terhambat.
Pada pembelahan ke 3, selaput ketuban pada placenta masing-masing hanya sebuah, tapi bayi masih membelah dengan baik.
Pada pembelahan ke 4, rahim hanya punya 1 placenta dan 1 selaput ketuban, sehingga kemungkinan terjadinya kembar siam cukup besar. Pasalnya pada waktu pembelahannya kelamaan, sehingga sel telur keburu berdempet.
Jadi kembar siam biasnya terjadi pada monozigot yang pembelahannya 13 hari.
Dari ke 4 pembelahan tersebut, tentu saja yang terbaik adalah pembelahan pertama. Karena bayi bisa membelah dengan sempurna. Namun ke 4 pembelahan ini tidak bisa diatur waktunya. Faktor yang mempengaruhi pembelahan dan kenapa bisa membelah tidak sempurna sehingga mengakibatkan dempet, biasanya dikaitkan dengan infeksi, kurang gizi dan masalah lingkungan ( Wiki,2010 )

Pembagian jenis kembar siam :
 Thoracopagus
Kedua tubuh bersatu dibagian dada ( Thorax )
Jantung terlibat dalam kasus ini, ketika jantung hanya 1, harapan hidup baik dengan atau tanpa operasi adalah rendah.
 Omphalopagus
Kedua tubuh bersatu dibagian bawah dada.
Umumnya masing-masing tubuh memiliki jantung masing-masing,tetapi biasnya kembar siam jenis ini hanya memiliki 1 hati, system pencernaan, diafragma dan organ lain.
 Xiphopagus
Kedua tubuh bersatu di bagian Xiphoid Cartilage.
 Pygopagus ( Iliopagus )
Kedua tubuh bersatu di bagian belakang.
 Cephalopagus
Bersatu dikepala dengan sutura yang terpisah.
Kembar siam jenis ini umumnya tidak bisa bertahan hidup karena kelainan serius di otak.
 Cephalothoracopagus
Tubuh bersatu di kepala dan Thorax.
Jenis kembar siam ini umumnya tidak bisa bertahan hidup.
 Craniopagus
Tulang tengkorak bersatu dengan tubuh yang terpisah.
 Craniopagus Parasiticus
Bagian kepala yang kedua yang tidak memiliki tubuh.

 Dicephalus
2 kepala, 1 tubuh dengan 2 kaki dan 2 atau 3 atau 4 lengan.
 Ischiopagus
Kembar siam anterior yang bersatu di bagian bawah tubuh.
 Ischio Pmphalopagus
Kembar siam bersatu dengan tulang belakang. Mereka memiliki 4 lengan dan biasanya 2 atau 3 kaki. Jenis ini biasanya memiliki 1 sistem reproduksi dan system pembuangan.
 Parapagus
Kembar siam yang bersatu pada bagian bawah tubuh dengan jantung yang sering kali dibagi.
 Diprosofus
1 kepala dengan wajah pada arah berlawanan.
( Wiki,2010 )

Penanganan :
Dilakukan pemisahan ( operasi ) (Wiki,2010 )

e. Gawat janin
Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima O2 cukup sehingga mengalami hipoksia. Situasi ini dapat terjadi kronik atau akut.
Adapun janin yang beresiko tinggi untuk mengalami hipoksia adalah :
 Janin yang pertumbuhannya terhambat
 Janin dari ibu dengan diabetes
 Janin praterm dan posterm
 Janin dengan kelainan letak
 Janin kelainan bawaan atau infeksi

Gawat janin dalam persalinan dapat terjadi bila :
 Persalinan berlangsung lama
 Induksi persalian dengan oxytosin
 Ada perdarahn atau infeksi






Tanda gawat janin :
1. DJJ Abnormal
 DJJ ireguler dalam persalinan sangat bervariasi dan dapat kembali setelah beberapa waktu, bila DJJ tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini menunjukkan adanya hipoksia.
 Bradikardia yang terjadi diluar saat kontraksi atau tidak menghilang setelah kontraksi menunjukkan adanya kegawatan janin.
 Takhikardi dapat merupakan reaksi terhadap adanya :
• Demam pada ibu
• Obat yang menyebabkan takhikardi ( Mis: obat tokolitik )
• Amnionitis

2. Mekoneum
Cairan amnion yang hijau kental menunjukkan bahwa aair ketuban jumlahnya sedikit.Kondisi ini mengharuskan adanya intervensi. Intervensi tidak perlu dilakukan bila air ketuban kehijauan tanpa adanya kegawatan lainnya atau pada fase akhir suatu persalinan presentasi bokong.
( Saifuddin,2006 )



















II. DISTOSIA KELAINAN JALAN LAHIR

Distosia karena panggul sempit
Yang penting dalam obstetric bukan panggul sempit secara anatomis, lebih penting lagi ialah panggul sempit secara fungsional, yang artinya perbandingan antara kepala dan panggul yang tidak serasi.
Kesempitan panggul dibagi menjadi :
1. Kesempitan Pintu Atas Panggul ( PAP )
Pintu atas panggul dianggap sempit jika CV 10 Cm atau jika diameter transversa 12 Cm.
CV dilalui oleh diameter biparietalis yg 9 ½ Cm dan kadang-kadang mencapai 10 Cm. Oleh karena itu, sudah jelas bahwa CV yang 10 Cm dapat menimbulkan kesulitan dan kesukaran bertambah lagi jika kedua ukuran PAP, yaitu diameter antero posterior maupun diameter transversa sempit.
Penyebab timbulnya kelainan panggul dapat dibagi sbb :
a. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
b. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
c. Kelainan panggul disebabkan kelainan anggota bawah
d. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
( ELSTAR OFFSET,1981 )

panggul sempit pada kehamilan dan persalinan, panggul sempit mempunyai pengaruh yang besar pada kehamilan maupun persalinan.

 Pengaruh pada kehamilan
 Dapat menimbulkan retrofexio uteri gravidi incarcerate
 Karena kepala tidak dapat turun, terutama pada primigravida fundus lebih tinggi dari pada bias dan menimbulkan sesak nafas atau gangguan peredaran darah
 Kadang-kadang fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung
 Kepala tidak turun ke dalam rongga panggul pada bulan terakhir
 Dapat menimbulkan letak muka, letak sungsang dan letak lintang






 Pengaruh pada persalinan
 Persalinan lebih lama dari biasa
 Pada panggul sempit sering terjadi kelainan presentasi atau posisi
 Dapat terjadi ruptura uteri jika HIS menjadi terlalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang ditimbulkan oleh panggul sempit
 Terjadinya fistel, yaitu tekanan yang lama pada jaringan yang dapat menimbulkan iskemi yang menyebabkan nekrosis
 Ruptura symfisis dapat terjadi bahkan kadang-kadang rupture dari artikulasi sakroiliaka
 Varices kaki dapat timbul karena tekanan dari kepala pada urat-urat saraf di dalam rongga panggul, yang paling sering terjadi ialah kelumpuhan nervus peroneus.

 Pengaruh pada anak
 Kematian perinatal meningkat pada partus yang lama
 Prolapsus kunikuli dapat menimbulkan kematian anak
 Moulage yang kuat dapat menimbulkan perdarahan otak
( elstar offset,1981 )

Persangkaan panggul sempit seorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit jika :
Pada primipara kepala anak belum turun setelah minggu ke 36
Pada primipara ada perut menggantung
Pada multipara persalinan yang dulu-dulu sulit
Ada kelinan letak pada hamil tua
Terdapat kelainan bentuk badan ibu ( cebol, pincang )
Tanda Osborn positif

Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor diantaranya :
Bentuk panggul
Ukuran panggul, derajat kesempitan
Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul
Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala
Presentasi dan posisi kepala
HIS
( ELSTAR OFFSET,1981 )

2. Kesempitan bidan tengah pelvis
Bidang tengah panggul terbentuk antara pinggir bawah symfisis dan spina os ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5.
Ukuran-ukuran terpenting dari bidang ini adalah :
 Diameter Transversa ( Diameter antara kedua spina ) : 10,5 Cm
 Diameter Anteroposterior dari pinggir bawah symfisis kepertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5 : 11,5 Cm
 Diameter Sagitalis Posterior dari pertengahan garis antar kedua spina kepertemuan sacral ke 4 dan ke 5 : 5 Cm

Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit jika :
 Jumlah diameter Transversa dan diameter sagitalis Posterior 13,5 Cm atau kurang
 Diameter antara spina 9 Cm

Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis, harus diukur secara Rontgenologis, tetapi kita dapat juga menduga adanya kesempitan bidang tengah panggul jika :
 Spina ischiadika sangat menonjol
 Dinding samping panggul konvergen
 Diameter antara Tuber Ischii 8,5 Cm atau kurang
( ELSTAR OFFSET,1981 )

Prognosis :
Kesempitan bidang tengah panggul dapat menimbulkan gangguan putaran paksi jika diameter antara kedua spina 9 Cm sehingga kadang-kadang diperlukan Sc
( ELSTAR OFFSET,1981 )

Therapi :
Jika persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul, sebaiknya dipergunakan ekstraktor vakum karena ekstraksi dengan forceps kurang memuaskan, berhubung forceps memperkecil jalan lahir. Upaya ini dapat digolongkan sebagai ekstraksi vakum percobaan,yang berarti tidak boleh dipaksakan ( ELSTAR OFFSET,1981 )




3. Kesempitan Pintu Bawah Panggul ( PBP )
Ukuran-ukuran yang penting adalah :
 Diameter Transversa ( Diameter diantara kedua tuber ischiiadika : 11 Cm )
 Diameter antara posterior dari pinggir bawah symfisis ke ujung os sacrum : 11,5 Cm
 Diameter sagitalis posterior dari pertengahan diameter antara kedua tuber ischiadika ke ujung os sacrum : 7,5 Cm ( Sastrawinata,et al,2004 )

Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara tuber os ischii 8 Cm atau kurang. Jika jarak ini berkurang, dengan sendirinya arcus pubis meruncing. Oleh karena iti, besarnya arcus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul.
Jika segitiga depan dibatasi oleh arcus pubis, segitiga belakang tidak mempunyai batas tulang sebelah samping. Oleh karena itu, jelaslah bahwa jika jarak antara kedua tuber ischiadika sempit,kepala akan dipaksa keluar kesebelah belakang dan mungkin tidaknya persalinan bergantung pada besarnya segitiga belakang. Lahirnya kepala pada segitiga yang belakang biasanya menimbulkan robekan perineum yang besar.
Menurut Thoms distosia dapat terjadi jika jumlah ukuran antar kedua tuber ischii dan diameter sagitalis posterior 15 Cm ( Normal 11 Cm 7,5 Cm ).
Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan gangguan putaran paksi. Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan Sc, yang biasanya dan dengan episiotomy yang cukup luas ( Sastrawinata,et al,2004 )

Prognosis :
Apabila persalinan dengan disproporsi sefalopelvik dibiarkan belangsung sendiri tanpa bilamana perlu pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya bagi ibu dan janin.
( Sastrawinata,et al,2004 )

Bahaya pada ibu :
Partus lama yang sering kali disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil, dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis dan infeksi intra partum.
Dengan HIS yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan, dapat timbul regangan segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran retraksi patologik. Keadaan ini terkenal dengan nama rupture uteri mengancam, apalagi tidak segera diambil tindakan untuk mengurangi regangan, akan timbul rupture uteri.
Dengan persalinan tidak maju karena disproporsi sefalopelvik, jalan lahir pada suatu tempat ,mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul. Hal itu menimbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya iskemia dan kemudian nekrosis pada tempat tersebut. Beberapa hari post partum akan terjadi fistula vesikoservikalis atau fistula vesikovaginalis atau fistula rektovaginalis.
( Sastrawinata,et al,2004 )

Bahaya pada janin :
Partus lama dapat emningkatkan kematian perinatal, apalagi jika ditambah dengan infeksi intra partum.
Prolapsus funikuli apa lagi terjadi, mengandung bahaya yang sangat besar bagi janin dan memerlukan kelahirannya dengan segera apabila ia masih hidup.
Dengan adanya disproporsi sefalopelvik kepala janin dapat melewati rintangan pada panggul dengan mengadakan moulage. Moulage dapat dialami oleh kepala janin tanpa akibat ysng jelek sampai batas-batas tertentu, akan tetapi apabila batas-batas tersebut dilampaui, terjadi sobekan pada tentorium serebelli dan perdarahan intracranial.
Selanjutnya tekanan oleh promontorium atau kadang-kadang oleh symfisis pada panggul picak menyebabkan perlukaan pada jaringan diatas tulang kepala janin,malahan dapat pula menimbulkan fraktur pada os parietalis.
( Sastrawinata,et al,2004 )

Penanganan :
Untuk menangani persalinanpada disproporsi sefalopelvik yaitu :
1. Seksio Cesarea ( Sc )
Sc dapat dilakukan secara efektif atau primer, yakni sebelum persalinan mulai dan secara skunder, yakni sesudah persalinan berlangsung selama beberapa waktu.
Sc efektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat. Selain itu Sc tersebut diselenggarakan pada kesempitan rintangan apabila ada komplikasi seperti : primigravida tua, kelainan letak janin yang tidak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami masa infertilitas yang lama, penyakit jantung, DLL.
Sc skunder dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal atau karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin, sedang syarat untuk persalinan per vaginan tidak atau belum dipenuhi ( Wiknjosastro,2007 )




2. Persalinan Percobaan
Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran panggul dalam semua bidang dan hubungan antara kepala janian dan panggul, dan setelah dicapai kesimpulan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginam dengan selamat dapat diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan percobaan.
Perlu disadari pula bahwa kesempitan panggul dalam 1 bidang, seperti pada panggul picak, lebih menguntungkan dari pada kesempitan dalam beberapa bidang.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan persalinan percobaan :
Perlu diadakan pengawasan yang seksama terhadap keadaan ibu dan janin.
Kualitas dan turunnya kepala janin dalam rongga panggul harus terus diawasi.
Sebelum ketuban pecah, kepala janin pada umumnya tidak dapat masuk ke dalam rongga panggul dengan sempurna.
Menentukan berapa lama partus percobaan boleh berlangsung.
( Wiknjosastro,2007 )
RIWAYAT ALAMIAH TIMBULNYA PENYAKIT

1. Riwayat alamiah timbulnya penyakit dan tahap pencegahannya
Setiap orang yang mendarita penyakit btertentu mempunyai riwayat perjalanan penyakitnya terutama penyakit kronis yang berlangsung bertahun-tahun.
Riwayat perjalanan penyakit alamiah merupakan proses perkembangan suatu penyakit tanpa adanya intervensi yang dilakukan oleh manusia tanpa sengaja dan terencana.
Perjalanan penyakit alamiah sebenarnya merupakan suatu “ eksperimen “ dengan intervensi yang dilakukan oleh alam. “ eksperimen “ yang dilakukan oleh alam nini tidak dianggap sebagai suatu eksperimen karena intervensi tidak dilakukan oleh penenliti secara sengaja dan terencana. Eksperimen alamiah ini dapat berupa patogenik dan patogresif.

PATOGENIK
Pada keadaan patogenik ini, seseorang yang pada mulanya sehat menjadi sakit yang disebabkan intervensi yang dilakukan oleh alam atau oleh orang yang bersangkutan baik secara sengaja maupun tidak sempurna.
1. Intervensi oleh alam
Mis : Bencana alam, banjir, gempa bumi dan letusan gunung
2. Intervensi oleh yang bersangkutan
Mis :
a. Yang dilakukan dengan sengaja seperti kebiasaan merokok dan minum alcohol.
b. Yang tidak sengaja mis : termakan atau terminum oleh makanan dan minuman yang tercemar oleh bakteri pathogen atau zat lain yang dapat menimbulkan penyakit.

PATOGRESIF
Eksperimen alamiah yang bersifat patogresif merupakan perjalanan khusus suatu penyakit. Keadaan awal pada patogresif adalah orang itu sakit dan menunjukkan gejala klinis yang diikuti perkembangannya.

Level dan Clark menggambarkan riwayat perjalanan penyakit sbb :
Prapatogenesis Patogenesis
Infeks Sakit 1. Sembuh
2. Kronis
3. Sembuh dengan cacat
4. Mati

Prepatogenesis menggambarkan periode saat orang mulai terinfeksi tanpa gejala klinis. Pada penyakit infeksi, periode ini disebut masa tunas. Periode ini berbeda pada setiap penyakit tergantung dari sifat bakteri ( Patogenitas, Virulensi, Tropisme, Jumlah bakteri, DLL dan manusia.
Patogenis merupakan periode yang pada awalnya seseorang yang telah sakit dan timbul gejala yang mengikuti. Dari gejala itu dapat diketahui berbagai kemungkinan yang terjadi yaitu penyakit dapat sembuh atau menjadi kronis atau sembuh dengan menimbulkan gejala sisa atau meninggal dunia. Pada bagan yang dikembangkan Level dan Clark tidak dijelaskan kondisi orang belum terinfeksi, tetapi mempunyai resiko untuk terkena suatu penyakit.
Untuk mengatasi kekurangan ini, perjalanan penyakit dikembangkan menjadi tahap peka, tahap pragejala, tahap klinis dan tahap ketidakmampuan.

Tahap peka
Tahap ini meliputi orang-orang yang sehat tetapi mempunyai factor resiko untuk terkena penyakit.
Faktor resiko tersebut dapat berupa :
 Genetika
 Kondisi fisik
 Jenis kelamin
 Umur
 Kebiasaan hidup
 Sosial ekonomi


Tahap pragejala
Pada tahap ini telah terjadi infeksi, tetapi belum menunjukkan gejala dan masih belum terjadi gangguan fungsi organ
Ciri-cirinya sbb :
1. Perubahan akibat infeksi atau pemaparan oleh agent penyebab pentakit masih belum tampak
2. Pada penyakit infeksi terjadi perkembangbiakan mikroorganisme pathogen
3. Pada penyakit non-infeksi merupakan periode terjadinya perubahan anatomi dan histology mis : terjadinya aterosklerotik pada pembuluh darah koroner yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah. Pada tahap ini sulit untuk diagnose secara klinis.
Tahap klinis
Merupakan kondisi ketika telah terjadi perubahan fungsi organ yang terkena dan menimbulkan gejala. Untuk menemukan penderita padda tahap ini relative tidak sulit, terutama pada penyakit-penyakit yang menimbulkan gejala. Kesulitan utama untuk mendiagnosis penyakit. Pada tahap ini adalah karena tidak semua penyakit menimbulkan gejala yang jelas, bahkan setiap penyakit tidak selalu menimbulkan gejala.

Tahap ketidakmampuan
Tahap ini merupakan tahap ketika telah terjadi pembatasasn dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Mis : gejala sisa sebagai akibat penyakit kardiovaskuler.
Ketidak mampuan ini juga sifatnya bermacam-macam dan berdasarkan lama dan sifatnya dapat dibagi menjadi :
 Gangguan fungsi somatic atau psikisi
 Bersifat sementara atau menetap
 Terjadinya lama atau singkat



PENCEGAHAN PENYAKIT
Dalam epidemiologi, pencegahan dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan perjalanan penyakit, yaitu :
1. Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat. Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum dan pencegahan khusus.
Pencegahan umum dimaksudkan untuk mengadakan pencegahan pada masyarakat umum mis : pendidikan kesehatan masyarakat dan kebersihan linkungan. Pencegahan khusus ditujukan pada orang-orang yang mempunyai resiko dengan melakukan imunisasi, mis : imunisasi terhadap:
 Diptheritis
 Pertusis
 Tetanus
 Poliomielitis
 Morbili
 Hepatitis
 Sanitasi lingkungan seperti :
• Penjernihan air minum
• Pencegahan terhadap kecelakaan
• Keselamatan kerja


2. Pencegahan Skunder
Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk mencegah orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan komplikasi dan mengurangi ketidakmampuan.
Pencegahan skunder ini dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini dan mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Deteksi penyakit secara dini dapat dilakukan dengan cara :
 Penyaringan
 Pengamatan Epidemiologis
 Survei Epidemiologis
 Memberi pelayanan kesehatan sebaik-baiknya pada sarana pelayanan umum atau praktek dokter swasta.

3. Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidak mampuan dan mengadakan rehabilitasi
Upaya pencegahan ini dilakukan dengan cara :
 Memaksimalkan fungsi organ yang cacat
 Membuat protesa ektremitas akibat amputasi
 Mendirikan pusat-pusat rehabilitasi medic

2. Karakteristik Host, Agent dan lingkungan dalam timbulnya penyakit
Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara agen atau factor penyebab penyakit, manusia sebagai penjamu atau Host dan factor lingkungan yang mendukung.
Ke 3 faktor tersebut dikenal sebagai Trias p[enyebab penyakit.
Faktor “ Agent “
Agent sebagai faktor penyebab penyakit dapat berupa unsure hidup atau mati yang terdapat dalam jumlah yang berlebih atau kekurangan
Agent berupa unsure hidup terdiri dari :
 Virus
 Bakteri
 Jamur
 Parasit
 Protozoa
 Metazoa


Agent berupa unsur mati :
 Fisika : Sinar Radio aktif
 Kimia : Karbonmonoksida, onat-obatan, peptisida, Hg, Cadmium, Arsen
 Fisik : Benturan atau tekanan

Faktor “ Pejamu “
Pejamu ialah keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi factor resiko untuk terjadinya penyakit. Faktor ini disebut factor intrinsik.
Faktor Pejamu dan Agent dapat di umpamakan sebagai tanah dan benih. Tumbuhnya benih tergantung keadaan tanah yang di anologikan dengan timbulnya penyakit yang tergantung keadaan pejamu. Faktor pejamu yang merupakan factor resiko untuk timbulnya penyakit adalah sbb :
 Genetik
Mis : penyakit herediter seperti hemophilia, sickle cell anamia
 Umur
Mis : Usia lanjut mempunyai resiko untuk terkena karsinoma, penyakit jantung
 Jenis kelamin
Mis : penyakit kelenjar gondok, DM, Penyakit jantung, Hipertensi
 Keadaan fisiologi
Kehamilan dan persalinan memudahkan terjadinya berbagai penyakit seperti keracunan kehamilan, anemia
 Kekebalan
Orang-orang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap suatu penyakit akan mudah terserang penyakit tersebut
 Penyakit yang diderita sebelumnya
Mis : Reumatoid arthritis yang mudah kambuh
 Sifat-sifat manusia
Hygiene perorangan yang jelek akan mudah terserang penyakit infeksi mis: Balanitis, Karsinoma Penis.



Faktor “ Lingkungan “
Lingkungan merupakan factor ke 3 sebagai penunjang terjadinya penyakit. Faktor ini disebut factor intrinsic.
Faktor lingkungan dapat berupa :
 Lingkungan fisik
Yang termasuk lingkungan fisik : geografik dan keadaan musim. Mis : Negara yang beriklim tropis mempunyai pola penyakit yang berbeda dengan Negara yang beriklim subtropis.
 Lingkungan Biologis
Ialah semua makhluk hidup yang berada di sekitar manusia yaitu flora dan fauna, termasuk manusia. Mis : wilayah dengan flora yang berbeda akan mempunyai pola penyakit yang berbeda. Faktor lingkungan biologis ini selain bakteri dan virus pathogen, ulah manusia juga mempunyai peran yang penting dalam terjadinya penyakit, bahkan dapt dikatakan penyakit timbul karena ulah manusia.

 Lingkungan Sosial Ekonomi
Yang termasuk ke dalam factor social ekonomi yaitu :
• Pekerjaan
Pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia seperti peptisida atau zat fisika seperti zat radio aktif atau zat yang bersifat karsinogen sepserti abses akan memudahkan terkena penyakit.
• Urbanisasi
Urbanisasi dapat menimbulkan berbagai masalah social sepertikepadatan penduduk dan timbulnya daerah kumuh, perumahan, pendidikan, sampah dan tinja yang akan mencemari air minum dan lingkungan.
• Perkembangan ekonomi
Peningkatan ekonomi rakyat akan mengubah pola konsumsi yang cenderung memakan makanan yang banyak mengandung kolesterol. Keadaan ini memudahkan timbulnya hipertensi dan penyakit jantung akibat kadar kolesterol meningkat. Sebaliknya bila tingkat ekonomi rendah akan timbul masalah perumahan yang tidak sehat, kurang gizi, dll.
• Bencana alam
Terjadinya bencana alam akan mengubah system ekologi yang tidak dapat diramalkan sebelumnya. Mis : gempa bumi, banjir, meletusnta gunung berapi dan perang yang akan menyebabkan kenidupan penduduk yang terkena bencana menjadi tidak teratur.
Selain factor diatas, sifat mikroorganisme sebagai agent penyebab penyakit seperti :
1. Patogenitas
Yaitu kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit pada pejamu.
2. Virulensi
Yaitu kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit yang berat atau fatal.
Cth : TBC dan hepatitis A mempunyai tingkat patogenitas rendah dengan tingkat virulensi yang rendah
3. Tropisme
Yaitu pemilihan jaringan atau organ yang diserang. Penyerangan terhadap jaringan seperti organ otak dan jantung lebih mudah menimbulkan penyakit yang berat di banding dengan organ saluran pernafasan atau saluran pencernaan atau kulit.
4. Pejamu yang di serang
Bila suatu mikroorganisme hanya menyerang manusia, dikategorikan bahwa mikroorganisme tersebut mempunyai rentang yang pendek seperti salmonella typhi dan para typhi. Sebaliknya jika mikroorganisme selain menyerang manusia juga menyerang hewan yang mempunyai rentang yang luas.
5. Kecepatan berkembang biak
Mikroorganisme yang mempunyai kemampuan berkembang biak dengan cepat akan cepat menimbulkan penyakit.
6. Kemampuan menembus jaringan, memproduksi toksin dan menimbulkan kekebalan
Kemampuan yang tinggi dari mikroorganisme untuk menembus jaringan akan makin cepat menimbulkan penyakit. Demikian dengan mikroorganisme yang memproduksi toksin akan lebih mudah menimbulkan penyakit,sebaliknya mikroorganisme yang menimbulkan kekebalan dapat menjadi penghalang mikroorganisme untuk menembus Jringan atau organ.


3.Pola penyebaran penyakit di masyarakat
 Berdasarkan sumber infeksi
• Penderita : Gonococcal ophthalmia neonatorum
• Karier : Hepatitis
• Geografi : Antraks
• Vektor : Malaria, DBD
• Zoonosis : Arbovirus

 Berdasarkan penyebarannya
• Udara : Berupa droplets, debu
• Makanan : Seafood
• Luka : Tetanus
• Luka gigit : Rabies
• Konjungtiva : Trakoma
• Placenta : Sifilis

 Berdasarkan cara masuknya
• Secara langsung
 Bersin, batuk, kontak seksual
 Pemaparan jaringan oleh jamur, parasit atau bakteri

• Secara tidak langsung
 Melalui udara
 Makanan
 Benda-benda
 Vektor
KOMPLIKASI DAN PENYULIT KEHAMILAN
TRIMESTER III
A. Kehamilan Dengan Hipertensi
Hipertensi adalah kenaikan tekanan distolik 15 mmhg atau >90 mmhg dalam 2 pengukuran berjarak 1jam atau tekanan distolik sampai 110 mmh. Hipertensi (tekanan darah tinggi)biasa dijumpai pada perempuan hamil. Penyakit tersebut hingga kini masih terjadi penyebab tingginya angka kesakitan (morbiditas)dan kematian (mortalitas),baik pada ibu,janin, maupun bayi yang dilahirkan di seluruh dunia. Karena itu perlu ada penatalaksanaan secara khusus bagi ubu hamil,terutama yang menderita penyakit ini (Maulana,2008)
Pengobatan hipertensi perlu diberikan karena kematiaan ibu pada umumnya disebabkan oleh perdarahan diotak.jika tekanan darah sistemik melebihi 2000 mmhg,angka kematiaan ibu adalah 22 persen.pengobatan hipertensi,selain menurunkan angka morbilitas dan mortalitas ibu,juga menurunkan angka prematuritas,mengurangi hambatan pertumbuhan janin intra uterin dan menurunkan angka kematian perinatal.(Manuba,1998)
1.Hipertensi Esensial
Hipertensi esensial adalah hipertensi menahun yang sudah ada sebelum wanita menjadi hamil dan yang disebabkan penyakit pembuluh darah. Wanita hamil dengan hipertensi esensial biasanya hanya menunjukkan gejala hipertensi tanpa gejala-gejala lain. Gejala sekunder seperti kelainan jantun,perdarahan,atau eksudat vetina baru timbul apabila penyakitnya sudah lanjut.(Manuba,1998)
Hipertensi esensial disebabkan factor herediter atau factor lingkungan dan emosi yang labil. Yang banyak dijumpai adalah hipertensi esesial jinak denagn tekanan darah antara 140/90 mmhg sampai 160/100 mmhg. Dalam waktu panjang barulah hipertensi esensial mem esensial lebih sering dijumpai berikan gejala pada alat-alat vital. Sebagian besar kehamilan dengan cukup bulan. Hipertensi esensial lebih sering dijumpai pada multipara dalam usia lanjut,selain itu factor keturunan dan obesitas menurut factor predisposisi.(Manuaba,1998)


PENANGANAN
• Apabila penyakit hipertensi esensial tidak berat dan tanpa penyulit maka kehamilan dapat diteruskan .
• Istirahat
Waktu harus cukup tidur malam,sekurang-kurangnya 8-10 jam.tidur siang sedikit-dikitnya 2 jam.pekerjaan rumah tangga.
• Pengawasan pertumbuhan janin
Pertumbuhan dan kesehatan janin selama berlangsungnya kehamilan dan persalinan harus mendapat pengawasan nya lebih teliti dan dilakukan pula pemeriksaan-pemeriksaan seperti sefalometri ultrsonil,elektrokardiografi fetal,amniokskopi dan pencatatan kontinu detik jantung janin.
• Pemberian obat-obatan
1. Obat penenang seperti solusi ocharcot, diazepam (valium), prometazoa atau obat tidur dosis rendah
2. Obat hipotensif untuk menurunkan tekanan darah dibarikan apabila tensi mencapai 160/100 atau lebih separti heksa, metanium bromide, rawulfia (serpasil)
• Kenaikan berat badan yang berlebihan sedapat-dapatnya harus dicegah. Wanita diberi diet tinggi,protein, rendah hidrat arang,rendah lemak dan rendah garam.
• Pengakhiran kehamilan, baik yang masih mudah maupun yang sudah lanjut perlu bila tekanan darah sudah mencapai 200/120 atau lebih dalam kehamilan mudah indikasi-indikasi lain bagi pengakhiran kehamilan ialah antara lain kerusakan ginjal, eksudat lama dan pendarahan baru dalam rentina, ablasio retina dan pembesaran jantung.
PROGNOSIS
Angka kematian pada hipertensi esensial berkisar antara 1% dan 2% dan kematian biasanya disebabkan pendarahan otok, dekompensasio kordis atau viema, kurang baiknya prognosis bagi janin disebabkan olrh sirkulasi utero plasenteryang kurang baik pada hipertensi. Janin bertumbuh kurang wajar (dismatur), dilahirkan premature atau mati dalam kandungan sering pula terjadi solusio plasenta yang mempunyai akibat buruk, baik bagi ibu maupun bagi anaknya. (manuaba,1998)
DIAGNOSIS
Diagnosis hipertensi esensial dalam kehamilan dibuat bila tekanan darah 140/100 atau lebih sebelum wanita menjadi hamil atau menunjukkan kenaiakan tekanan darah sebelum kehamilan mencapai 20 mmHg tanpa disertai gejala-gejala per-eklamsi , gromeulonefritis atau pielonefritis. (maulana, 2008)

2. Hipertensi Karna Kehamilan (PIH)
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamialan atau pada permulaan nifas. Golongan penyakit ini ditandai dengan hipertensi dan kadang-kadang disertai protein uria , oedema, convulsi, coma atau gejala- gejala lain. Penyakit ini cukup sering dijumpain dan masih dan masih merupakansalah satu sebab dari kematian ibu . Di USA misalnya 1/3 dari kematian ibu disebabkan penyakit ini hypertensi dalam kehamilan menjadi juga penyebab yang penting dari kelahiran mati dan kematian neonatal.
( Saifuddin et al , 2004 )
Tanda-tanda :
 Protein uria ( - 0
 Kehamilan > 20 minggu
 Kenaikan diastolic 15 mmHg atau > 90 mmHg dalam 2 pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan diastolic sampai 110 mmHg.
• Lebih sering pada primigravida. Patologi telah terjadi akibat implantasi sehingga timbul iskemia placenta yang diikuti sindrom inflamasi.
• Resiko meningkat pada :
 Masa placenta berat ( pada gamely, penyakit trofoblas )
 Diabetes melotus
 Faktor herediter
 Masalah vaskuler
• Hipertensi pada kehamilan
 Hipertensi tanpa proteinuria atau oedema
 Pre eklamsia ringan
 Pre eklamsia berat
 Eklamsia.

• Hipertensi karena kehamilan dan pre eklamsi ringan sering di temukan tanpa gejala, kecuali meningkatnya tekanan darah. Prognosis menjadi lebih buruk dengan terdapat proteinuria.
PENANGANAN :
Jika kehamilan < 34 minggu, tangani secara rawat jalan :
 Pantau tekanan darah, proteinuria dan kondisi jalan setiap minggu.
 Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai pre eklamsia.
 Jika kondisi janin memburuk, atau terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat dan pertimbangkan terminasi kehamilan.
( Maulana, 2008 )
3. Pre eklamsia
Pre eklamsia diketahui dengan timbulnya hipertensi, proteinuria dan oedema pada seorang gravid yang terjadinya normal. Penyakit ini timbul sesudah minggu ke 20 dan paling sering terjadi pada primigravida yang muda. Kalau tidak diobati atau tidak terputus oleh persalinan dapat menjadi eklamsia. Pre eklamsia adalah penyakit primigravida dan pada kalau timbul pada seseorang multigravida dan kalau timbul biasanya ada factor predisposisi, seperti hypertensi, diabetes atau kehamilan ganda.
Klasifikasi Pre eklamsia dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
Pre eklamsia ringan bisa disertai keadaan sbb :
 Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih atau kenaikan diastolic 30 mmHg atau lebih.
 Oedema umum, kaki jarin tangan dan muka, kenaikan berat badan 1 Kg atau lebih per minggu.
 Proteinuria kwantitatif 0,3 Gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2+ pada urine kateter.

Pre eklamsia berat
 Tekanan darah 160/100 mmHg atau lebih
 Proteinuria 5 Gr atau lebih per liter
 Oliguria yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam
( Saiffudin ed al, 2004 )

DIAGNOSA :
1. Gambaran klinik : Pertambahan berat badan yang berlebihan, oedema, hypertensi dan timbul proteinuria
Gejala subjektif : Sakit kepala di daerah frontal, nyeri epigastrium, gangguan visus, penglihatan kabur, skomata, diplopia, mual dan muntah.
Gangguan serebral lainnya : oyong, reflex meningkat dan tidak tenang
2. Pemeriksaan : Tekanan darah tinggi, reflex meningkat dan proteinuria pada pemeriksaan laboratorium.
( Saifuddin, 2004 )
PENANGANAN :
Jika belum ada perbaikan, lakukan penilaian 2x seminggu secara rawat jalan :
Pantau tekanan darah, urine ( untuk proteinuria ), reflex dan kondisi janin
Konsling pasien dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya pre eklamsia dan eklamsia
Lebih banyak istirahat
Diet biasa ( tidak perlu diet rendah garam )
Tidak perlu diberi obat-obatan
Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit
 Diet biasa
 Pantau tekanan darah 2x sehari dan urine ( untuk protein uria ) 1x sehari
 Tidak perlu diberi obat-obatan
 Tidak perlu diuretic kecuali jika terdapat oedema paru, dekompensasi kondis atau gagal ginjal akut
2. Pre eklamsia berat
 Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan uji kocok dan rasio L/S maka penanganannya adalah berikan MgSO4 dengan dosis 8 Gr IM
 Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka pelaksanaan kasus sama seperti kasus kehamilan diatas 37 minggu
 Istirahat mutlak
 Berikan diet rendah garam dan tinggi protein
 Berikan obat anti hipertensi, injeksi katapres 1 ampul IM dan selanjutnya diberikan tablet kataPres 3x1/2 tablet atau 2x1/2 tablet sehari
 Diuretika tidak diberikan kecuali bila terdapat oedema umum, oedema paru dan kegagalan jantung kongestik
 Segera setelah pemberian sulfas magnesium kedua, dilakukan induksi partus dengan atau amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin dalam infuse tetes.
(Saifuddin, 2004 )

EKLAMSIA
Eklamsiaadalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita hamil dan wanita dalam masa nifas disertai dengan hipertensi, oedema dan proteinuria( Manuaba,1998 )
Eklamsia sering terjadi pada :
 Kehamilan kembar
 Hidramnion
 Molahidatidosa
( Manuaba,1998 )
Gejala-gejala eklamsia :
 Stadium Invasi
Mata terpaku dan terbuka tanpa kelopak mata dan tangan bergetar, kepala dipalingkan kekenan atau kekiri, berlangsung kira-kira 30 detik

 Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan jadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok ke dalam, pernafasan berhenti, muka kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit dan berlangsung kira-kira 20-30 detik

 Stadium kejang kronik
Mulut terbuka dan menutup, keluar lidah berbusa dan lidah dapat tergigit, mata melotot, maka kelihatan kongesti dan sianosis setelah 1-2 menit penderita tidak sadar



 Stadium koma
Lamanya tidak kesadaran ini berlangsung selama beberapa menit sampai berjam-jem. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu naik sampai 40°C

PENATALAKSANAAN :
Penderita harus di rawat inap di rumah sakit
Berikan obat penenang yaitu pethidin 100 Mg atau molfin 10 Mg
Memberikan dan melapangkan jalan nafas
Menghindarkan tergigit
Pemberian oksigen
Pemasangan infuse dextrose atau glukosa 10%, 20%, 40%
Buat catatan setiap 30 menit bersistansi, nadi respirasi, suhu reflex dan dieresis
Pemberian antibiotika dosis tinggi setiap hari yaitu penisilin, prokain 1,2-1,4 juta satuan
Pemberian obat seperti MgSO4 20%, diazepam, sodium pentazol, regim litik koktil.
( Maulana,1998 )



















PERTANYAAN

1. Hipetensi merupakan kenaikan tekanan histolik :
a.15 mmHg
b.20 mmHg
c.5 mmHg
d.0 mmHg
2. Untuk 2 pengukuran kenaikan tekanan diastolic >90 mmhg berjarak :
a. 0,5 jam
b. 2 jam
c. 1 jam
d. 1,5 jam
3. Hipertensi menahun yang sudah ada sebelum wanita hamil :
a.Hipertensi essensial
b.Hipertensi karna kehamilan
c. Eklamsi
d. Per Eklamsi
4. Pemeriksaan – pemeriksaan untuk mengawasi pertumbuhan perjaninan, kecual
a. Elektrokardiografik setal
b. Amnioskopi
c. Sefalometri Ultrasonik
d. X-ray
5. Oliguria,tekanan darah 160/100 mmhg,proteinuria 5 gr merupakan gejala :
a. Eklamsi
b .Hipertensi esensial
c. Per Eklamsi ringan
d. Per Eklamsi berat
6. Penanganan jika serviks matang lakukan induksi dengan ositoksin :
a. 5IU
b. 10IU
c. 15 IU
d. 25IU

7. Lamanya kesadaran ini berlangsung selama beberapa menit sampai berjam-jam Selama serangan tekanan darah meninggi,nadi cepat.dan suhu naik sampai 400 c :
a.Stadium invasi
b. Stadium klonik
C Stadium tonik
d.Stadium koma
8. Eklamsi berat”HALILINTAR”,karena serangan-serangan kejang-kejang seperti petir diambil dari bahasa :
a.Latin
b. Sanskerta
c. YUnani
d. Inggris
9. Gejala pre-eklamsi ringan :
a.Terdapat odema paru dan sianosis
b. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
c. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang atau kenaikan diastolok 15mmHg atau lebih
d. Prtumbuhan terlambat

10. Penanganan eklamsi berat jika janin belum menunjukkan tanda-tanda metoritas paru-paru dengan uji kocok maka penanganannya adalah berikan MgSO4 :
a. 8gr IM
b. 10gr IV
c. 5 gr IM
d. 15gr IV








JAWABAN
1.A
2.C
3.A
4.D
5.D
6. A
7.D
8.C
9.C
10.A















DAFTAR PUSTAKA
Maulana, Mirza ( 2008 ),Penyakit kehamilan dan pengobatan.Jogjakarta,kata hati
Saifuddin, AB Wilkonjosastro.6.Affandi B & Waspada D ( 2004 ).Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal,Jakarta
Manuaba,Ida Bagus Gde ( 1998 ),Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta,EGC